Jakarta, CNN Indonesia

Di salah satu sisi yang dahulu populer dengan julukan ‘Segitiga Senen’ di Jakarta Pusat, berdiri sebuah masjid yang telah berusia lebih dari dua abad. 

Masjid Jami At-Taibin yang berada di Jalan Senen Raya IV-Jala Kali Lio itu telah eksis di titik tersebut sejak 1815 lalu, dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta Pusat. Masjid ini terhimpit bangunan-bangunan bertingkat di wilayah ‘Segitiga Senen’ tersebut. 


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah itu dulu dijuluki Segitiga Senen, karena diapit tiga jalan hingga berbentuk segitiga bila dilihat dari langit atau peta. Daerah itu di masa lampau hingga era Orde Lama adalah sebuah permukiman yang mayoritas dihuni etnis Tionghoa, namun di masa Orde Baru daerah itu bersalin rupa jadi kawasan bisnis dengan gedung-gedung bertingkat.

Masjid At-Taibin pun seolah menjadi ‘oase’ di antara gedung-gedung bertingkat Segitiga Senen itu. Masjid itu memiliki tembok berkelir putih, yang sebagiannya dilapisi marmer. Atapnya ada tiga tingkat undakan dengan genteng merah. Arsitektur masjid itu pun bergaya campuran Indonesia dan Eropa.

Di dalam masjid terdapat tiang berjejer lurus sebagai penopang–biasa disebut soko guru–yang terbuat dari kayu jati hitam dengan hiasan kaligrafi bertinta emas.

Ada sebuah prasasti marmer yang bertuliskan masjid itu dibangun pada 1815 dengan sebutan Masjid Kampung Besar, tapi baru dicatat di peta Batavia dari 1918. Masjid itu dibangun atas kerja sama para pedagang sayur di Pasar Senen.

Empat soko guru yang berjajar lurus dan menopang atap, terbuat dari kayu jati hitam dan nama orang yang menyumbangnya tertera di bagian atasnya,” demikian petikan keterangan yang tertulis di prasasti dari Dinas Kebudayaan Jakarta Pusat tersebut.

Semasa revolusi masjid ini digunakan sebagai tempat logistik untuk mendukung para pejuang,” demikian kalimat penutup prasasti itu.




Prasasti yang menjelaskan tahun dan kisah di balik pembangunan Masjid Attaibin, Senen Raya, Jakarta Pusat, pada 1815. (CNNIndonesia/Arief Bimaputra)Prasasti marmer yang menjelaskan tahun dan kisah di balik pembangunan Masjid Attaibin, Senen Raya, Jakarta Pusat, pada 1815. (CNNIndonesia/Arief Bimaputra)

Betapa masjid dengan ukuran yang kecil ini ternyata memiliki kemuliaan yang begitu besar. Tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi tempat untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Beranjak masuk ke dalam, masjid ini seakan-akan hendak merendahkan diri atas jasanya untuk kemerdekaan Indonesia dengan kesederhanaan bangunannya.

Tak ada ornamen yang mewah, tak ada artefak-artefak tua yang dipamerkan. Hanya sebatas karpet saf berukuran panjang berwarna hijau, rak buku untuk kitab-kitab, dan mimbar untuk imam.

Sekretaris Pengurus Masjid At-Taibin Jaka Khaeruddin menjelaskan masjid ini didirikan oleh para pedagang Pasar Senen dengan berbagai latar belakang. Kemudian di masa perjuangan kemerdekaan, satu hal yang kemudian menambah tekad bersama mereka adalah: Indonesia harus merdeka. Itulah yang selanjutnya membuat masjid itu menjadi salah satu basis dan gudang senjata untuk perang kemerdekaan Indonesia kala itu.

“Jadi memang (Masjid) ini kan tempat persembunyian senjata, gudang senjata dulunya. Nah ini memang senjata-senjata disimpan untuk para pejuang untuk melawan Belanda seperti itu. Nah, ini gudang senjatanya di sini,” jelas Jaka saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (4/3).

Tulisan ini adalah rangkaian dari kisah masjid-masjid kuno di Indonesia yang diterbitkan CNNIndonesia.com pada Ramadan 1445 Hijriah

Baca halaman selanjutnya.






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *