Jakarta, CNN Indonesia —
Warga Jakarta pasti tak asing dengan jalan yang terletak diantara daerah Pancoran, Pasar Minggu dan Kalibata, Jakarta Selatan.
Jalan yang semula bernama Jalan Raya Pasar Minggu itu telah berganti nama menjadi Jalan KH Guru Amin atas Keputusan Gubernur Nomor 565 Tahun 2022 tentang Penetapan Nama Jalan, Gedung, dan Zona Dengan Nama Tokoh Betawi dan Jakarta.
Penamaan nama jalan tersebut juga tak lepas dari keberadaan Masjid Guru Amin yang sudah lebih dulu berdiri dan lokasinya berada di sepanjang jalan tersebut.
Berdasarkan keterangan marbot Masjid Guru Amin, M Yusuf, perubahan nama jalan ini juga disertai dengan proses upacara peresmian yang dihadiri oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI dan Marullah Matali selaku Sekda DKI Jakarta saat itu. Saat itu hadir pula cucu-cucu Guru Amin.
Lantas, siapakah sosok di balik salah satu Masjid dan jalan besar di Jakarta Selatan ini?
Dilansir dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, KH R Muhammad Amin atau yang akrab dipanggil Guru Amin dikenal sebagai seorang ulama dan pejuang yang pernah memimpin santri dan pemuda melawan Belanda di daerah Kalibata.
Guru Amin lahir pada 3 Juni 1901 di Kebayoran Lama. Beliau merupakan putra dari pasangan KH Raden Muhammad Ali atau Guru Ali asal Jatinegara Kaum di Jakarta Timur dan Maryam.
Guru Amin menghabiskan masa kecilnya di daerah Kalibata Pulo dan belajar agama kepada ayahnya.
Sepeninggal sang ayah, ia mempelajari sendiri kitab-kitab peninggalan ayahnya. Beberapa tahun kemudian ia mampu menggantikan posisi ayahnya mengajar fiqih Fathul Mu’in di Masjid Salafiyah Kalibata Pulo.
Guru Amin juga disebut pernah berguru ke Guru Mansur Jembatan Lima dan Guru Abdurrahim Kuningan.
Pada 1919 atau saat berusia 18 tahun, Guru Amin melepas masa lajangnya dengan menikahi Fatimah. Setelah menikah, kemudian ia pindah ke Kalibata Jakarta Selatan.
Masjid Guru Amin di wilayah Pasar Minggu, Jaksel. (CNN Indonesia/Rachel Tesalonika))
|
Selain sebagai ulama, Guru Amin juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan RI. Dia berteman dekat dengan KH. Noer Ali, pejuang dari Bekasi dan H. Darip, pejuang dari Klender.
Selain itu, Guru Amin memimpin para santri dan pemuda dalam pertempuran melawan Belanda di Kalibata, tepatnya di sekitar pabrik sepatu Bata sekarang yang kala itu masih berupa hutan karet.
Selama era kemerdekaan, ia aktif sebagai anggota KNIP dan Dewan Perumus Persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Ia juga aktif berkegiatan di organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Masyumi.
Guru Amin juga menjadi pelopor pembentukan kantor penghulu (sekarang Kantor Urusan Agama) di sekitar Jakarta, Bekasi, Tangerang, serta Karawang.
Guru Amin tutup usia pada 31 Agustus 1965 dan jenazahnya dimakamkan di Komplek Unwanul Huda dekat Masjid Guru Amin, Jalan Raya Pasar Minggu, Kalibata. Meski kini telah berlalu, warisan Guru Amin tetap hidup dalam sejarah dan menjadi inspirasi bagi mereka yang mengenang perjuangannya.
(rts/kid)